Nama : Wiwik Dyah
Kurniawati
Kelas : 3 EB 20
NPM : 28210569
Bahasa Indonesia 2 #
Tulisan 17
Krisis
Ekonomi di Indonesia
Indonesia memiliki ekonomi berbasis-pasar di mana
pemerintah memainkan peranan penting. Pemerintah memiliki lebih dari 164 BUMN dan menetapkan harga
beberapa barang pokok, termasuk bahan bakar,
beras,
dan listrik.
Setelah krisis finansial Asia yang dimulai pada
pertengahan 1997, pemerintah menjaga banyak porsi dari aset sektor swasta melalui
pengambilalihan pinjaman bank
tak berjalan dan asset perusahaan melalui proses penstrukturan
hutang.
Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di
mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan mempengaruhi
sektor lainnya di seluruh dunia. Ini dapat kita lihat bahwa negara adidaya yang
memegang kendali ekonomi pasar dunia yang mengalami keruntuhan besar dari
sektor ekonominya. Bencana pasar keuangan akibat rontoknya perusahaan keuangan
dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per satu, tinggal menunggu waktu
saja. Bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang
bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang,
Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan,
mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen. Termasuk bursa saham di kawasan
Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali
di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar.
AKIBAT
KRISIS EKONOMI GLOBAL BAGI DALAM NEGERI
Resesi
ekonomi yang kini melanda AS, juga gejolak keuangan di beberapa belahan dunia,
tak boleh dipandang remeh. Pemerintah harus waspada dan antisipatif, karena
resesi ekonomi AS kemungkinan semakin parah sehingga bisa berdampak hebat
terhadap kehidupan ekonomi di dalam negeri. Di sisi lain, sektor keuangan di
beberapa belahan dunia yang lain kini juga bergejolak dan potensial berimbas ke
mana-mana, termasuk ke Indonesia.
Eropa
Timur dan Amerika Latin sebenarnya pernah mengalami krisis ekonomi dan
keuangan. Namun, saat itu krisis tersebut lebih karena pengaruh pergolakan
politik di masing-masing negara. Tapi kini krisis ekonomi di kedua kawasan amat
potensial karena bubble di sektor keuangan sudah amat berlebihan. Artinya,
bubble tersebut hampir pasti segera pecah. Celakanya, kalau negara-negara
berkembang yang terkena krisis ekonomi, lembaga-lembaga keuangan internasional
cenderung lepas tangan. Akibatnya, krisis yang terjadi bisa sangat parah dan
potensial mengimbas ke wilayah lain.
Warung-warung
di pelosok Jakarta kini bertumbangan ke jurang kebangkrutan. Itu sebagai bukti
bahwa rakyat kebanyakan sudah tak berbelanja lagi. Sementara lapisan atas
justru berbelanja keperluan sehari-hari ke pasar-pasar modern milik pengusaha
besar. Ini menyebabkan kefailitan raksasa bagi dunia bisnis.
Saat
ini dampak resesi ekonomi global yang paling dirasakan adalah pada masyarakat
menengah ke atas, terlebih mereka yang bermain saham, valuta asing dan
investasi emas.
Dari
pantauan media di sejumlah pasar di tanah air, sejak BEJ melakukan suspend pada
Jum’at (10/10) kemarin, harga bahan-bahan pangan mulai merangkak naik. Jika
sudah begini, masyarakat bawah yang paling merasakan dampaknya.
Walau
beberapa kebutuhan pokok, seperti harga beras masih bertahan yakni untuk jenis
IR 64 berkisar; Rp6.000/kg, beras kuku balam super; Rp7.000/ kg, minyak goreng;
Rp.8000/kg dan gula pasir Rp.6.000/kg relatif stabil. Demikian juga dengah
harga ayam kampung yang tetap di harga Rp40.000/kg dan telur bebek
Rp1.300-Rp1.400 per butir. Namun, tak ada jaminan harga-harga kebutuhan pokok
ini tidak akan merangkak naik.
Sedangkan
harga bahan pangan lainnya seperti daging lembu yang sempat bertengger di
posisi Rp 60.000-Rp65.000/kg, turun menjadi Rp.45.000/kg. Sedangkan harga-harga
yang mulai naik, antara lain; ayam potong yang beberapa waktu lalu Rp22.000/kg,
kini menjadi Rp.25.000/kg. Telur ayam potong yang kemarin sempat
Rp800-Rp850/butir, kini naik, Rp.2000/butir. Harga sayur mayur seperti cabai
merah Rp20.000/kg, naik menjadi Rp. 30.000/kg. Adapun bawang merah Rp9.000 naik
menjadi Rp10.000/kg; tomat naik ke posisi Rp 6.000 per kg dari Rp.5000/kg.
Selain
itu, kenaikan harga bahan baku di sektor properti akibat pengaruh krisis
ekonomi global, sangat mungkin terjadi. Seperti di kutip dari Antara.co.id,
Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah, Adib Adjiputra, di
Solo, beberapa waktu lalu mengatakan, harga bahan baku yang diproduksi di dalam
negeri maupun luar negeri, berpotensi terpengaruh oleh krisis ekonomi ini.
Harga
bahan baku seperti besi, keramik, semen dan sejumlah aksesori rumah lainnya
yang berasal dari industri manufaktur, kata dia, sangat rentan mengalami
kenaikan.
Kenaikan
bahan baku akibat dampak krisis ekonomi ini akan semakin menyulitkan sektor
properti, setelah sebelumnya juga diterpa kenaikan harga bahan baku akibat
kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Pada
sektor properti ini, tipe rumah kelas menengah ke atas yang akan paling besar
terkena dampak terjadinya krisis ekonomi ini. Kenaikan tingkat suku bunga pasti
akan mengikutinya. Sehingga harga cicilan rumah perbulannya akan naik.
Sedangkan untuk rumah kelas menengah ke bawah sedikit tidak berpengaruh karena
sebagian sudah disubsidi pemerintah.
SEPULUH CARA
MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL OLEH PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Presiden menegaskan 10 langkah yang harus ditempuh semua pihak untuk menghadapi
krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS), sehingga tidak berdampak
buruk terhadap pembangunan nasional, yaitu :
1. Presiden mengajak semua pihak dalam
menghadapi krisis global harus terus memupuk rasa optimisme dan saling
bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar kepercayaan masyarakat.
2. pertumbuhan ekonomi sebesar enam
persen harus terus dipertahankan antara lain dengan terus mencari peluang
ekspor dan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik.
3. adalah optimalisasi APBN 2009 untuk
terus memacu pertumbuhan dengan tetap memperhatikan `social safety net` dengan
sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan
kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM. Untuk itu perlu
dilakukan efisiensi penggunaan anggaran APBN maupun APBD khususnya untuk
peruntukan konsumtif.
4. ajakan pada kalangan dunia usaha
untuk tetap mendorong sektor riil dapat bergerak. Bila itu dapat dilakukan maka
pajak dan penerimaan negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga.
Sementara Bank Indonesia dan perbankan nasional harus membangun sistem agar
kredit bisa mendorong sektor riil. Di samping itu, masih menurut Kepala Negara,
pemerintah akan menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan
kemudahan secara proporsional.
5. semua pihak lebih kreatif menangkap
peluang di masa krisis antara lain dengan mengembangkan pasar di negara-negara
tetangga di kawasan Asia yang tidak secara langsung terkena pengaruh krisis
keuangan AS.
6. menggalakkan kembali penggunaan
produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat.
7. perlunya penguatan kerjasama lintas
sektor antara pemerintah, Bank Indonesia, dunia perbankan serta sektor swasta.
8. semua kalangan diharapkan untuk
menghindari sikap ego-sentris dan memandang remeh masalah yang dihadapi.
9. mengingat tahun 2009 merupakan tahun
politik dan tahun pemilu, kaitannya dengan upaya menghadapi krisis keuangan AS
adalah memiliki pandangan politik yang non partisan, serta mengedepankan
kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan maupun pribadi termasuk dalam
kebijakan-kebijakan politik.
10. Presiden meminta semua pihak
melakukan komunikasi yang tepat dan baik pada masyarakat. Tak hanya pemerintah
dan kalangan pengusaha, serta perbankan, Kepala Negara juga memandang peran
pers dalam hal ini sangat penting karena memiliki akses informasi pada
masyarakat.
Sumber : http://ekookdamezs.blogspot.com/2011/02/makalah-ilmu-ekonomi-krisis-ekonomi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar